Wakaf Sumur Bor untuk NTT

Di bawah terik matahari siang, Ibu Nur sibuk mencuci pakaian. Setiap hari, ia membawa ember berisi baju kotor dan menempuh perjalanan menuju sungai mati yang kian menyusut. Di sinilah, di tengah sungai yang hampir tak berair, Ibu Nur dan warga Kampung Noko bertahan hidup.

 

Perjalanan menuju Kampung Noko pun tak mudah. Satu-satunya akses adalah jalur sungai mati yang hanya bisa dilalui sepeda motor. Jika musim hujan tiba, air sungai meluap dan jalan menjadi tidak bisa dilewati. Isolasi ini membuat warga semakin sulit mendapatkan bantuan dan air bersih.

Air sungai tak hanya digunakan untuk mencuci. Air yang sama digunakan untuk minum, memasak, dan sanitasi. Tak terhitung berapa kali anak-anak mengalami sakit perut akibat mengonsumsi air yang tidak layak. Namun, inilah realitas yang harus dihadapi setiap hari.

 

Bayangkan perubahan besar yang akan terjadi jika sumur bor dibangun di Kampung Noko. Warga tak perlu lagi berjalan jauh atau menunggu hujan untuk mendapatkan air bersih. Kehadiran sumur akan menjadi sumber kehidupan baru, memberikan kesehatan, kebersihan, dan harapan untuk masa depan yang lebih cerah.

 

 

Saat musim kemarau, Kampung Noko mengalami kekeringan ekstrem. Sebaliknya, ketika musim hujan datang, kampung ini terisolasi oleh banjir sungai. Ketahanan pangan menjadi satu-satunya cara agar warga tidak mengalami kelaparan.