Senyum Penerima Manfaat Kurban di Kampung Terisolir Grobogan
GROBOGAN, JAWA TENGAH — “Akhirnya bisa masak sop daging dan rendang hari ini. Matur suwun nggih (terima kasih ya) Dompet Dhuafa, sudah repot-repot ke desa kami,” ungkap Mbah Satiyem (60), ramah, saat menerima daging kurban di Hari Iduladha 1445 Hijriah, Senin (17/06/2024).
Keceriaan mimik wajah dan bahasa tubuhnya yang ekspresif, ikut menjadi cambuk kebahagiaan, membawa suasana riang saat Dompet Dhuafa menyalurkan daging kurban hingga Dukuh Kedung Udal yang dihuni sekitar 90 KK di Desa Padas, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Pancaran bahagia para penerima manfaat lainnya juga di sana seketika melipat lembaran memori perjalanan ekstrim yang baru saja dilalui oleh tim Dompet Dhuafa sore itu.
Dukuh Kedung Udal terletak di ujung paling timur Kecamatan Kedungjati, berbatasan dengan Kabupaten Boyolali. Belum ada jembatan penyeberangan, mengharuskan tim Dompet Dhuafa melalui akses sulit saat melakukan penyaluran menggunakan sepeda motor roda dua, melintasi dua jalur sungai kering bebatuan dan naik-turun bukit terjal.
“Seperti inilah keadaannya, dukuh ini bisa dibilang letaknya terisolir. Akses yang mudah lewat jalur Juwangi, tapi berputarnya jauh masuk dari Boyolali. Yang paling mudah tadi ini, naik-turun seberangi dua jalur sungai kering karena belum ada jembatan. Kalau hujan ikut enggak bisa pulang kita,” jelas Ustaz Nur Cholis, salah satu garda terdepan layanan dakwah Cordofa (Corps Dai Dompet Dhuafa) di pedalaman hutan jati tersebut.
Dan bukan yang pertama bagi tim THK (Tebar Hewan Kurban) 2024 Dompet Dhuafa, Diana, ikut menyalurkan langsung daging kurban saat Iduladha, yang kini terjun hingga Dukuh Kedung Udal. Justru hal itu juga menjadi cambuk semangat baginya untuk menyampaikan amanah para pekurban bagi penerimanya hingga pelosok negeri.
“Si mbah tadi juga cerita-cerita sedikit, sulit juga bagi mereka dalam hal sekolahkan anak dan mengakses kesehatan. Enggak kebayang bagaimana kebutuhan jika ada yang sakit keadaan darurat dan perempuan hamil di sini. Aku haru sekaligus ikut senang melihat bahagia mereka yang jujur saat tadi bagikan daging kurban,” aku Diana.
Saat menerima daging kurban, mata Bu Lawiyam (53) sampai berkaca-kaca sebab mengaku sangat jarang mengkonsumsi daging. Hidup berdua dengan sang anak, ia sehari-hari masih beraktivitas memotong rumput ataupun membantu petani jagung. Namun karena sempat jatuh sakit, kegiatannya tidak sepenuh sebelumnya lagi.
“Hanya bisa diantar (daging kurban) seperti ini, sama Pak Nur yang sering ngaji di sini ngajari anak-anak sini (Dukuh Kedung Udal). Senang sekali karena kurban di sini agak susah, jalannya seperti itu,” ucap Bu Lawiyam.
Hal menarik juga terekspresikan saat menemui Mbah Suminem (70). Meski sudah pikun (pelupa), namun ia ingat Ustaz Nur dan ceria menyapanya saat menerima daging kurban.
“Bertemu mereka memantik gairah jiwa sosial saya, salah satunya si Mbah Suminem. Saya ingin sekali bisa mengajak banyak pihak untuk berbuat sesuatu di dukuh ini. Sementara, sudah dua tahun ini saya diminta untuk mengajar ngaji di Kedung Udal, juga menyampaikan amanah bantuan menyalurkan daging kurban, alhamdulillah melihat mereka senang semua,” tutur Ustaz Nur Cholis.
Di sana, sahabat DDV (Dompet Dhuafa Volunteer) juga ikut mengerahkan tenaganya membantu para ibu memasak hingga mengemas daging kurban. Selain sebagai kearifan lokal, inisiasi ‘Kurban Asyik Tanpa Sampah Plastik’ DDV turut digerakkan dalam mengemas daging kurban menggunakan besek rotan dan daun jati sebagai upaya pengurangan sampah plastik dalam aktivitas penyaluran daging kurbannya.
Dari sebanyak 1.800-an doka kurban yang didistribusikan di Jawa Tengah, Dompet Dhuafa menyembelih sejumlah 95 ekor doka kurban di Desa Padas, Kedungjati dan menyalurkan kepada 960 KK penerima manfaat dari beberapa desa. Alhamdulillah, kurban anda, selalu tersampaikan. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Dhika Prabowo Penyunting: Dedi Fadlil