Pojok Baca Pelosok Negeri : Membangun Bangsa Dengan Literasi
Dompet Dhuafa
Di tengah maraknya penggunaan sosial media, faktanya minat baca orang Indonesia menurut data UNESCO hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Sementara survei Program for International Student Assessment (PISA) menyebutkan tingkat literasi Indonesia berada di urutan ke-62 dari 70 negara di dunia.
Rendahnya minat baca akan berpengaruh besar pada penurunan fungsi otak, kurangnya pengetahuan, hingga sulit bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Sementara melansir data Kemendikbud, jumlah perpustakaan pada tahun 2020 jauh lebih sedikit dibanding jumlah sekolah, yaitu 187.461 perpustakaan dan 436.722 sekolah.
Potret belum meratanya sarana perpustakaan, salah satunya tergambar jelas di SDIT Fatihul Hadi Botik yang terletak di terletak di Desa Mangkung, Praya Barat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sejak didirikan lebih dari 10 tahun lalu dari hasil uang swadaya masyarakrat, sekolah ini tak pernah memiliki perpustakaan yang layak. Jangankan perpustakaan, buku-buku yang digunakanpun tidak sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Tidak seperti sekolah lain yang memiliki perpustakaan, semua buku-buku hasil sumbangan tersebut hanya bisa diletakkan di atas meja pojok kelas. Berbaur menjadi satu tanpa dibedakan berdasarkan urutan kelas. Bahkan, tak jarang sudah usang.
Semua buku-buku di sini dari sumbangan guru-guru. Tidak ada yang sesuai kurikulum, tapi gak apa-apa, yang penting anak-anak bisa belajar. Bisa membaca saja kami sudah bersyukur" - Guru Rismi (Pengjar SDIT Fatihul Hadi Botik)
Program Pojok Baca Pelosok Negeri adalah upaya untuk menumbuhkan minat baca anak-anak di daerah dengan menghadirkan ruang baca serta buku-buku menarik dan menyenangkan.
Yuk, gabung jadi pejuang literasi untuk generasi masa depan Indonesia dengan sedekah terbaikmu!