Raih pahala jariyah dengan muliakan guru ngaji pelosok
Dompet Dhuafa
Menurut Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam adalah 241,7 juta jiwa. Mirisnya, 72 persen atau 174 juta di antaranya buta huruf hijaiiyah (2022)
Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) menyebutkan jumlah guru ngaji yang tercatat di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dan Taman Kanak-Kanak Al-Qur'an (TKA) di seluruh wilayah Indonesia sebanyak 928.000 orang.
Masih ada ratusan ribu lagi guru ngaji yang statusnya belum tercatat oleh pemerintah. Perihnya lagi, semua guru ngaji ini masih sangat jauh dari perhatian dan kesejahteraan apalagi berdaya. Bertahun-tahun bahkan puluhan tahun mengajarkan Al-Qur'an tanpa harap belas GAJI dan sangat minim apresiasi.
Dengan sabar, telaten dan semangat yang tinggi, para Guru Ngaji meluangkan waktunya untuk mengajari kita semua agar mengenal huruf Hijaiyah hingga mampu membaca Al-Qur’an. Tak lupa dengan berbagi ilmu untuk membentuk akhlak yang mulia, memiliki budi pekerti dan melahirkan generasi penerus yang Qur’ani sudah menjadi tugas utamanya.
Seperti kisah sang guru ngaji yang akrab disapa dengan Ustaz Noron, lebih dari 20 tahun mengajar mengaji di MDTA Anwarul Hidayah, Pandeglang Banten tanpa dibayar. Mengabdi sepenuh hati sebagai tanggung jawab moral kepada kampung sendiri.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR Bukhori)
Mengabdikan diri menjadi seorang “Guru Ngaji” bukanlah hal mudah dilalui. Peran penting mereka sangat menentukan masa depan generasi yang Qur'ani meskipun semangat mereka dan pengabdian mereka masih kurang di perhatikan atau bahkan dipandang sebelah mata.
Sahabat, memuliakan mereka sama saja kita ikut berperan dalam menciptakan generasi penerus pecinta Al-Qur'an dengan apresiasi mereka dalam bentuk uang saku ataupun bantuan pangan. Ayo sama-sama saatnya MULIAKAN GURU NGAJI
Sosok Sejati Guru Ngaji, Tanpa Rindukan Belas Gaji
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh #SahabatBaik
Mengenal lebih jauh kemuliaan para guru ngaji yang ada di pelosok negeri. Kali ini perkenalkan sosok sejati dari pelosok Banten, beliau adalah Ustaz Apipi.
Puluhan anak seusia pelajar SD, selalu ramai mendatangi rumah Ustaz Apipi setiap sore hingga malam. Mereka datang ke rumahnya untuk belajar Al-Quran dengan tajwid yang benar. Rasa penuh semangat anak-anak berbondong memenuhi teras rumah Apipi hingga ke saung, yang memang biasa ia gunakan untuk mengajar ngaji.
Kebiasannya mengajar belasan tahun sejak bangku MTS terus berlanjut hingga sekarang dengan impian dapat mencetak generasi yang berakhlak mulia meskipun profesinya masih minim apresiasi.
“Makanya kalau di sini 2016 saya mulai aktif sendiri mengajar ngaji sampai sekarang, mudah-mudahan sampai akhir hayat, kepengen saya itu mudah-mudahan ketika meninggal itu dalam keadaan lagi ngaji,” kata Ustaz Apipi.
Tentu bukan hal mudah mengabdikan hidupnya untuk mengajar agama kepada anak-anak di desanya. Apalagi mayoritas penduduk desa hidup dari pertanian yang tidak selalu memberikan hasil yang memadai. Tak ada harapan materi, namun keikhlasannya dalam menyebarkan ilmu agama sungguh membuat hatinya kaya dan selalu bersyukur.
Berbagai tantangan telah ia lewati, ketika minat mengaji anak-anak sedang menurun, Uztaz Apipi melakukan berbagai aktivitas bersama dengan anak-anak, salah satunya adalah dengan bacakan, sebuah tradisi makan bersama berasal dari Banten. Menurutnya, untuk mengajak anak-anak mengaji lebih dulu menanamkan suasana yang nyaman dan menyenangkan.
“Saya teringat ucapan Kanjeng Nabi “Barang siapa yang mengajarkan satu huruf dari Al-Quran atau satu bab ilmu maka Allah akan kucurkan pahalanya sampai akhir hari kiamat” jadi motivasinya bukan honor atau apa, kalau di kampung mah ga ada honornya bu, makanya udah lillahitaala yang penting kita tawakal, mudah-mudahan rezeki datangnya dari manapun Allah siapkan untuk kita dan keluarga,” ungkap Ustaz Apipi.
Tak hanya sampai di situ, sebelum memiliki teras yang memadai aktivitas mengaji hanya beralaskan tikar-tikar yang digelar di bawah pohon-pohon besar. Hujan hingga panas menerpa, namun semangat anak-anak mengaji membuat Ustaz Apipi semakin bersemangat. Ia bahkan sempat mengumpulkan para orang tua murid untuk melakukan urunan pembuatan tempat mengaji yang lebih layak.
“Jadi ya ngeliat kesemangatan anak-anak belajar itu sangat luar biasa, panas hujan ke sini bawa payung, makanya meskipun saya ga ada tempat juga masih belum punya tempat yaudah lah kita cari tiket yang gede, kita ngampar aja ke pohon-pohon yang ada di sini, sambil berusaha, setelah itu berusaha, saya kumpulkan orang tuanya, tolong bantu saya ini karena anak-anak semangat, tapi masyarakat itu tidak sepenuhnya membantu, karena saya tau kondisinya,” imbuh Ustaz Apipi.
Qadarullah, segala prosesnya memang tidak mudah karena kondisi perekonomian masyarakat masih terbatas. Meski rencana tak selaras dengan harapan, namun kita tetap harus berani tumbuh dan lapang dada. Menurut Ustaz Apipi yang terpenting itu keikhlasan kita, bagaimana caranya kita bisa memurnikan niat, meluruskan niat untuk anak-anak bisa serius belajar mengaji dan bisa mengamalkannya. Selain mengajar Al-Qur'an, Ustaz Apipi juga memberikan pemahaman dan pembelajaran fiqih, hadits, dan pelajaran akidah.
#SahabatBaik, meski profesi mereka masih minim apresiasi padahal memiliki peran yang sangat besar untuk negeri. Sudah selayaknya kita untuk sama-sama memuliakannya, membantu apresiasi mereka di sedekah terbaik hari ini. KLIK MULIAKAN GURU NGAJI
Belajar syukur dari sang Guru Hartono, "Apa yang kita syukuri pasti tercukupi"
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Sahabat, sudah bersyukur kah hari ini?
Begitu banyak nikmat yang Allah berikan selama ini kepada kita. Meski kadang tak kita sadari, namun banyak sekali hal-hal berkah yang kita sudah nikmati. Mulai dari nikmat tubuh yang sehat, makanan yang cukup, pekerjaan yang layak hingga bisa beribadah dengan khidmat.
Awal tahun ini kita mencoba belajar untuk lebih bersyukur lagi dari salah satu seorang Guru Ngaji yang akrab disapa Ustaz Hartono. Kegigihannya mengajarkan mengaji sudah tertanam sejak tahun 1999. Artinya sudah 25 tahun beliau mengajarkan mengaji tanpa upah yang pasti. Niat mulia beliau hanya ingin mengumpulkan bekal untuk di akhirat nanti dan ingin mencerdaskan anak-anak generasi yang Qur'ani.
"Selain mendidik anak-anak, saya ingin mencerdaskan anak bangsa. Karena tanpa agama, dunia ini akan rusak. Tujuan saya cuma mikirin bekal untuk di akhirat nanti aja. Karena dunia itu sangat sementara, hidup yang hakiki itu di bawah"
“Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina adzabannar”
Saya hanya minta kebaikan di dunia ataupun di akhirat. (Ungkap Ustaz Hartono)
Hebatnya lagi, anak didiknya sering mendapatkan predikat juara MTQ. Tentu hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Ustaz Hartono karena apa yang sudah diajarkan selama membuahkan hasil.
"Kalau saya sebutkan angkanya gak sopan mbak, karena dapatnya juga ga tentu. Yaa, pokonya gak cukup mbak kalau untuk kebutuhan sehari-hari. Tapi ya Alhamdulillah saya selalu syukuri bahwa rezeki tidak hanya datang dari pintu saja. Allah akan kasih rezeki dari pintu mana saja yang disukai", ungkap Ustaz Hartono
Intinya kita harus pandai bersyukur, karena apa yang kita syukuri pasti tercukupi. Beliau sangat memegang teguh konsep kehidupan yang Allah berikan yaitu :
“Waman yattaqillaha Yaj’allahu makhroja Wa yarzuqhu min haitshu La Yahtasibu. Waman yatawakkal Alallahi fahuwa Hasbuh. Innallaha balighu Amrihi. Qad ja’alallahu Likulli syaiin qadraa.” (Qs. At – Tholaq: 2-3)
“…dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah (dengan mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya), niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya) (2) Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak diduga-duga (terlintas di hatinya).
Semoga rasa syukur kita juga bertambah setiap saat. Bahwa masih banyak diluaran sana yang tidak memilik pekerjaan dan penghasilan tetap seperti halnya Guru Ngaji.
Sahabat, karena sesungguhnya waktu yang kita miliki ini akan terasa semakin singkat jika tak dilengkapi dengan kebaikan-kebaikan. Mari Luaskan kembali dengan berbagi kebaikan untuk para guru ngaji di Indonesia. Peduli Guru Ngaji Sekarang!
Anak-anak inilah, alasan saya tetap mengajar ngaji pasca gempa Cianjur...
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh Sahabat Baik
Bagaimana kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat selalu. Aaamiiin
Masih ingat gempa yang mengguncang Cianjur bulan November 2022 lalu? Gempa yang meninggalkan duka dan trauma bagi masyarakat Cianjur. Waktu mungkin berjalan dalam sekejap, tapi kenangan mereka akan tetap menetap.
Tak terasa sudah lebih dari setahun pasca gempa Cianjur, mereka perlahan bangkit dan pulih untuk terus melanjutkan kehidupan.
Seperti ustazah Hamidah tetap mengajarkan mengaji meskipun di bawah tenda darurat. Gempa yang menghantam Cianjur tentu meninggalkan trauma bagi siapa saja yang mengalaminya. Termasuk Ustazah Hamidah dan anak-anak.
Kenangan indah saat belajar mengajar masih tertanam kuat di benak Ustazah Hamidah dan juga anak-anak. Namun, saat ini mereka terpaksa belajar mengaji di tenda darurat.
Dulu pas kejadian gempa, saya baru saja bersiap diri untuk mengajar. Tapi, pas saya mau keluar rumah tetiba gempa terjadi dan anak-anak berteriak minta tolong. Saat itu saya serasa ingin pingsan. (Cerita Ustazah Hamidah)
Mungkin keberadaannya masih sering diabaikan dan minim apreasiasi. Sebagai garda terdepan dalam mencetak generasi Qur'ani, semangat berdakwah para Guru Ngaji ini sungguh luar biasa mulia karena mereka adalah perantara dari Allah untuk umat Muslim mendapatkan ilmu Agama.
Mengabdikan diri menjadi seorang "Guru Ngaji" bukanlah hal yang mudah dilalui. Butuh dukungan para Sahabat baik dalam perjuangan Fii Sabilillah ini.
Yuk bantu mereka dengan Sedekah Jum'at terbaik untuk Guru Ngaji. Klik DONASI SEKARANG
🫶 Kisah Mulia Ustazah Yuyun, 26 Tahun Mengajar Ngaji Tanpa "Gaji" 💰
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
TPA Miftahuddiniyah yang berdiri sejak tahun 1997 itu harus berakhir ambruk setelah getaran gempa Cianjur pada November 2022 lalu. Puluhan murid dan para guru juga tertimpa oleh rangkaian bangunan, namun semuanya dapat menyelamatkan diri melalui atap puing-puing meskipun dalam keadaan luka-luka.
Namun, pasca gempa di hari kedua aktivitas belajar mengaji kembali berjalan atas permintaan para murid karena ingin terus mengaji dan sebagai (Trauma Healing) dengan banyak mengaji. Meski didalam tenda pengungsian dengan al-qur'an dan iqro seadanya dari sisa-sisa reruntuhan.
TPA Miftahuddiniyah tak pernah mematok tarif kepada murid-muridnya, hanya saja terkadang ada orang tua santri yang memberikan sedikit bantuan untuk kebutuhan Madrasah. Saat ini sudah ada sekitar 46 santri yang belajar di TPA Miftahuddiniyah, dan untuk menutupi kebutuhan TPA biasanya Ustazah Yuyun bersama suaminya membuka warung ataupun berjualan online yang saat ini sedang mereka jalankan.
Jika kita berfikir menggunakan logika, bagaimana Ustazah Yuyun bisa hidup dan menghidupi kebutuhan TPA Miftahuddiniyah dengan penghasilan yang tak pasti. Tapi itulah pertolongan Allah yang selalu datang sehingga mencukupkan kebutuhan hambanya ketika mau bersyukur.
Rangkaian doa dan harapan selalu Ustazah Yuyun panjatkan agar masyarakat Cianjur terus bangkit, khususnya untuk TPA Miftahuddiniyah dan para muridnya. Raut bahagia mereka rasakan ketika mendapatkan Al-Qur'an dan Alat Ibadah dari donatur Dompet Dhuafa untuk menyambut bulan suci Ramadan sebentar lagi.
Bapak/Ibu, semoga kemuliaan Ustazah Yuyun Yulinda menjadi guru ngaji sejak 26 tahun lalu menjadi inspirasi kita semua. Mari luaskan kebahagiaan ini lebih banyak lagi kepada Guru Ngaji di Pelosok Negeri lainnya.
💛Tetap semangat mengajar meski hanya dengan satu kaki 💛
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bapak/Ibu
Masih sangat disayangkan ternyata hampir 40 persen guru Taman Pendidikan Alquran (TPA) dan Taman Kanak-Kanak Alquran (TKA) di seluruh wilayah Indonesia masih dibayar Rp 100 ribu per bulan. BKPRMI mencatat, total jumlah guru TPA dan TKA saat ini 928 ribu orang, pernyataan yang dikutip oleh Said Aldi Al-Idrus Ketua Umum DPP BKPRMI melalui Republika 2019 lalu.
Tapi faktanya tidak semuanya sama!
Terutama guru mengaji yang ada di pelosok, kisah perjalanan guru ngaji yang tak dibayar sama sekali ketika mengajarkan ilmu-ilmu Islami masih sering dijumpai.
Yaa, kalo masalah uang dicukup-cukupin aja mbak. Tapi Alhamdulillah, sampai sekarang saya masih bisa makan dan hidup cukup ( ucap Ustaz Noron )
Seperti kisah Ustaz Noor, disaat dunia yang saat ini serba memiliki tarif, segalanya harus ada uang, tapi nyatanya masih ada yang memiliki hati nurani siap mengabdi meski tanpa pundi-pundi materi yang mampu dikantongi. Ya, prinsip itulah yang dipegang teguh oleh Ustaz Noron.
Pria kelahiran 1974 silam, menjalani hidup dengan sederhana bersama dengan kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai petani.
Lebih dari 20 tahun mengajar ngaji di MDTA Anwarul Hidayah, Pandeglang Banten tanpa dibayar. Mengabdi sepenuh hati sebagai tanggungjawab moral kepada kampung sendiri, ( cerita Ustaz Noron )
Jauh dari kata nyaman, apalagi hiduonya memang seakan tak sempurna karena kini kakinya tak lagi dua. Ya, dulu saat usianya 19 tahun, kakinya digigit seekor ular berbisa. Karena keterbatasan biaya, ia tak bisa memperoleh pengobatan selayaknya, hanya diberi obat alternatif yang tak kunjung ada perubahan hingga dengan terpaksa kakinya diamputasi.
Mirisnya lagi, amputasi yang dilakukan Ustaz Noron bisa dibilang ekstrim, bagaimana tidak, kakinya diamputasi dengan jalan manual atau secara tradisional oleh salah satu sanak keluarga, tak ada rumah sakit, dan tanpa jarum suntik untuk membius.
Jika dulu, waktunya ia habiskan untuk membantu orang tua di ladang atau sawah. Kini, tiap harinya ia dedikasikan untuk mengajar anak-anak mengaji. Pekerjaan yang tak kalah mulia meski tak pernah dihargai dengan rupiah.
Ya, MDTA Anwarul Hidayah tempatnya mengajar tak mematok tarif kepada murid-muridnya, alias gratis. Dengan sistem seperti itu, praktis Ustaz Noron pun tak ada penghasilan atau gaji yang bisa diharapkan dari mengajar.
Melihat kegigihannya, Dompet Dhuafa melalui Dompet Dhuafa Banten memberikan apresiasi kepada beliau melalui program Berbagi Kebahagiaan Untuk Guru Ngaji di Pelosok Nusantara.
Bapak/Ibu, tentu kita semua paham jika pelajaran tauhid adalah penting bagi semua, termasuk mengenalkannya sejak dini kepada anak-anak. Maka, peran guru ngaji tak bisa diabaikan. Menopang kehidupan guru ngaji sama dengan mendukung gerakan dakwah serta mempercepat terciptanya masyarakat dengan karakter berbasis Qur'ani.
Bersama Dompet Dhuafa, mari sebarkan kebahagiaan lebih banyak kepada Guru Ngaji di Pelosok Negeri dengan klik DONASI SEKARANG!
Inilah sosok mulia Ustadz Bukhori, puluhan tahun mengajar al-qur'an dengan hati!
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Lahir dari keluarga non muslim (Hindu), namun kemudian kelas 5 SD menjadi mualaf beserta keluarganya. Tentu tidaklah mudah untuk menjadi seorang Ustadz. Jika bukan karena panggilan hati yang kuat, lalu apalagi?
Hidup yang pelik sejak kecil justru menguatkan hatinya untuk terus berjuang dijalan dakwah berbekal ilmu dari Pondok Pesantren. Hingga sampailah di Desa Sungai Ekok, Indragiri Hulu, Riau menjadi guru ngaji di Masjid Nurul Azhar sejak tahun 2019 lalu dengan jumlah murid saat ini sebanyak 16 anak. Masya Allah
Puluhan tahun tanpa gaji, namun ada harapan yang pasti!
"Tidak pernah ada upah sama sekali, upahnya dari Allah yang Maha Tahu biar menjadi catatan amalan jariyah saya di buku akhirat nanti. Yang penting saya bisa bekerja dapat mencukupi nafkah dan kebutuhan keluarga, saya ikhlas mengajarkan mengaji selama ini" cerita Ustadz Bukhori, 51 Tahun
Pengabdian ikhlas mereka sering tak diperhatikan, padahal peran Guru Ngaji sangat besar. Karena melalui mereka para generasi dapat belajar mengaji kalam ilahi, mengenal agama Islam lebih jauh lagi.
Jika bukan kita siapa lagi yang akan peduli akan nasib mereka? Dan alhamdulillah, Maret awal lalu Dompet Dhuafa sebagai jembatan kebaikan mengapresiasi akan kemuliaan hati mereka selama ini. Terima kasih banyak Bapak/Ibu, berkah sedekah Anda Insya Allah #JadiManfaat untuk mereka. Aamiin
Bapak/Ibu, mereka tidak pernah menutut lebih, tidak pernah meminta belas kasih. Yuk muliakan para guru ngaji dengan #SEDEKAHSEKARANG