Jadi Jembatan Kebaikan untuk Salman Raih Cita-Cita
Dompet Dhuafa
"Universitas Islam Madinah!" Itulah jawaban cepat yang terucap dari mulut Salman. Jawabanya melaju secepat kereta Shinkansen. Tanpa ba-bi-bu, tanpa ragu. Menyiratkan betapa besar harapnya, betapa kuat nama itu bersemayam di hatinya, betapa sering ia mengulang-ngulangnya dalam doa.
Muhammad Salman Al-Faizi, Pengagum Khalid bin Walid, Hafidz al-quran 13 Juz.
Salman masih sangat muda, 16 tahun umurnya. Meski usinya masih bisa dihitung jari, jangan sepelekan Salman jika berurusan dengan menghafal al-quran. Tak main-main, 13 juz sudah dihafalnya.
Seperti remaja seusianya, gemuruh semangat di jiwanya membara meski kadang kondisi tak semulus yang diharap. Berasal dari keluarga dengan ibu sebagai guru honorer Bahasa Arab dan ayah mengajar al-quran, Salman tumbuh di lingkungan baik yang sangat membantunya mengenal, mempelajari, dan menghafal al-quran. Namun seperti yang kita ketahui, gaji sebagai guru honorer terbilang pas-pasan, sangat pas-pasan bahkan. Apalagi bukan hanya dia satu-satunya tanggungan. Ada kakak dan adik yang juga harus dibiayai kedua orang tuanya.
Terkadang cita-cita bagai benda mahal yang tak terjangkau oleh orang-orang berekonomi pas-pasan
Meski terbentur kondisi serba pas-pasan, tak menyurutkan niat Salman untuk menjadi penghafal al-quran dan aktif berpartisipasi dalam perlombaan. Terakhir yang diikutinya Olimpiade Humaniora Nusantara (OHARA) 2022. Walau tak berujung juara, setidaknya jadi pengalaman berharga yang akan terus membakar semangatnya. Namun layaknya barang mahal yang tidak bisa dibeli oleh kalangan ekonomi pas-pasan, harapannya tak jarang tumbang.
Salman sadar cita-citanya terlampau tinggi untuk dia yang berasal dari keluarga biasa biasa saja di sudut kota Depok, Jawa Barat.
Aku mau hadiahkan mahkota terindah untuk umi dan abi di akhirat kelak
Lebih mulia dari keinginannya menimba ilmu di luar negeri, cita-cita terbesarnya adalah memberikan mahkota terindah untuk kedua orang tuanya. Dua orang yang tak pernah absen merapalkan doa, yang rela berpeluh untuk masa depan anak-anaknya.
Insya Allah ikhtiar Salman sudah yang terbaik. Ayat demi ayat dihapalkan setiap hari, disetorkan pada asatidz (guru-guru), diulangi terus menerus, berharap setahun ke depan bisa mengkhatamkannya sampai 30 juz, dan bisa kuliah di Universitas Islam Madinah. Lalu, apa hanya karena berasal dari kelurga pas-pasan, kecerdasan, potensi, dan semangatnya tergadaikan?
Mari jadi jembatan kebaikan untuk Salman raih cita-citanya.
Sedekah Sekarang!